Banyak pertanyaan mengenai Wisata di Nusa Tenggara
Barat , tentunya tentang apa saja yang dapat dilihat atau
dilakukan khususnya di Lombok .
Untuk itu kami dari PT. Alam Indah Semesta Lombok Tour &
Travel atau yang lebih dikenal dengan nama AISL Tours memberi solusi melalui
media Blog ini yang kami design dengan sangat sederhana semoga dapat memudahkan
anda untuk mendapatkan INFORMASI WISATA DI LOMBOK atau layanan lainnya .
Blog kami ini juga
kami lengkapi dengan berbagai informasi lainnya mengenai Wisata di SUMBAWA,
BIMA, hingga FLORES – NUSA TENGGARA TIMUR ,
Harapan kami semoga apa yang anda cari dan butuhkan dapat
anda temui di web kami ini dan jika masih ada kekurangan , jangan pernah
sungkan untuk menghubungi kami untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut dengan
menghubungi alamat kontak yang tertera di blog ini dan dengan segala
keterbatasan kami , kami akan selalu siap membantu anda .
Akhir kata kami atas nama Management PT AIS LOMBOK Tours
mengucapkan terimakasih telah bergabung dan mengunjungi blog kami , kami
menunggu kunjungan anda di Lombok.
GENERAL INFORMATION -
NTB
INFORMASI MENGENAI
NUSA TENGGARA BARAT
Luas 5.435 km² (108)
Populasi 2.722.123 (2001)[
Nusa Tenggara Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia.
Sesuai dengan namanya, provinsi ini meliputi bagian barat Kepulauan Nusa
Tenggara. Dua pulau terbesar di provinsi ini adalah Lombok yang terletak di
barat dan Sumbawa yang terletak di timur. Ibu kota provinsi ini adalah Kota
Mataram yang berada di Pulau Lombok.
Sebagian besar dari penduduk Lombok berasal dari suku Sasak,
sementara suku Bima dan Sumbawa merupakan kelompok etnis terbesar di Pulau
Sumbawa. Mayoritas penduduk Nusa Tenggara Barat beragama Islam (96%)
Arti Lambang NUSA
TENGGARA BARAT
Berlatar belakang perisai sebagai gambaran jiwa pahlawan,
lambang Nusa Tenggara Barat terdiri dari 6 unsur yakni : bintang, kapas dan
padi, menjangan gunung dan kubah. Bintang melambangkan 5 sila pancasila, kapas
dan padi selain melambangkan kemakmuran juga melambangkan tanggal terbentuknya
provinsi NTB 14 Agustus 1958. Hari tersebut dengan diungkapkan secara simbolik
dengan jumlah kuntum dan untaian padi 58. Rantai terdiri dari 4 berbentuk bulat
dan 5 berbentuk segi empat, melambangkan tahun 45 (1945) sebagai tahun
kemerdekaan RI. Menjangan merupakan salah satu satwa yang banyak berada di
Pulau Sumbawa. Gunung yang berasap melukiskan kemegahan gunung Rinjani sebagai
gunung tertinggi di Lombok. Kubah melambangkan ketaatan beragama masyarakat
provinsi NTB.
SEJARAH LOMBOK
Menurut isi Babad Lombok, kerajaan tertua yang pernah
berkuasa di pulau ini bernama Kerajaan Laeq (dalam bahasa sasak laeq berarti
waktu lampau), namun sumber lain yakni Babad Suwung, menyatakan bahwa kerajaan
tertua yang ada di Lombok adalah Kerajaan Suwung yang dibangun dan dipimpin
oleh Raja Betara Indera. Kerajaan Suwung kemudian surut dan digantikan oleh
Kerajaan Lombok. Pada abad ke-9 hingga abad ke-11 berdiri Kerajaan Sasak yang
kemudian dikalahkan oleh salah satu kerajaan yang berasal dari Bali pada masa
itu. Beberapa kerajaan lain yang pernah berdiri di pulau Lombok antara lain
Pejanggik, Langko, Bayan, Sokong Samarkaton dan Selaparang.
Kerajaan Selaparang sendiri muncul pada dua periode yakni
pada abad ke-13 dan abad ke-16. Kerajaan Selaparang pertama adalah kerajaan
Hindu dan kekuasaannya berakhir dengan kedatangan ekspedisi Kerajaan Majapahit
pada tahun 1357. Kerajaan Selaparang kedua adalah kerajaan Islam dan
kekuasaannya berakhir pada tahun 1744 setelah ditaklukkan oleh gabungan pasukan
Kerajaan Karangasem dari Bali dan Arya Banjar Getas yang merupakan keluarga
kerajaan yang berkhianat terhadap Selaparang karena permasalahan dengan raja
Selaparang. [2]. Pendudukan Bali ini memunculkan pengaruh kultur Bali yang kuat
di sisi barat Lombok, seperti pada tarian serta peninggalan bangunan (misalnya
Istana Cakranegara di Ampenan). Baru pada tahun 1894 Lombok terbebas dari
pengaruh Karangasem akibat campur tangan Batavia (Hindia Belanda) yang masuk
karena pemberontakan orang Sasak mengundang mereka datang. Namun demikian, Lombok
kemudian berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda secara langsung.
Masuknya Jepang (1942) membuat otomatis Lombok berada di
bawah kendali pemerintah pendudukan Jepang wilayah timur. Seusai Perang Dunia
II Lombok sempat berada di bawah Negara Indonesia Timur, sebelum kemudian pada
tahun 1950 bergabung dengan Republik Indonesia
Merekonstruksi sejarah Kerajaan Selaparang menjadi sebuah
bangunan kesejarahan yang utuh dan menyeluruh agaknya memerlukan pengkajian
yang mendalam. Permasalahan utamanya terletak pada ketersediaan sumber-sumber
sejarah yang layak dan memadai. Sumber-sumber yang ada sekarang, seperti Babad
dan lain-lain memerlukan pemilihan dan pemilahan dengan kriteria yang valid dan
reliable. Apa yang tertuang dalam tulisan sederhana ini mungkin masih
mengundang perdebatan. Karena itu sejauh terdapat perbedaan-perbedaan dalam
pengungkapannya akan dlmuat sebagai gambaran yang masih harus ditelusurl
sebagal bahan pengkajlan leblh ianjut.
Agak sulit membuat kompromi penafsiran untuk menemukan benang
merah ketiga deskripsi di atas. Minimnya sumber-sumber sejarah menjadi alasan
yang tak terelakkan.
Zaman Majapahit
Menurut Lalu Djelenga (2004), catatan sejarah
kerajaan-kerajaan di Lombok yang lebih berarti dimulai dari masuknya Majapahit
melalui exspedisi di bawah Mpu Nala pada tahun 1343, sebagai pelaksanaan Sumpah
Palapa Maha Patih Gajah Mada yang kemudian diteruskan dengan inspeksi Gajah
Mada sendiri pada tahun 1352.
Ekspedisi ini, lanjut Djelenga, meninggalkan jejak kerajaan
Gelgel di Bali. Sedangkan di Lombok, dalam perkembangannya meninggalkan jejak
berupa empat kerajaan utama saling bersaudara, yaitu Kerajaan Bayan di barat,
Kerajaan Selaparang di Timur, Kerajaan Langko di tengah, dan Kerajaan Pejanggik
di selatan. Selain keempat kerajaan tersebut, terdapat kerajaan-kerajaan kecil,
seperti Parwa dan Sokong serta beberapa desa kecil, seperti Pujut, Tempit,
Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, dan Kentawang. Seluruh kerajaan dan desa ini
selanjutnya menjadi wilayah yang merdeka, setelah kerajaan Majapahit runtuh.
Di antara kerajaan dan desa itu yang paling terkemuka dan
paling terkenal adalah Kerajaan Lombok yang berpusat di Labuhan Lombok.
Disebutkan kota Lombok terletak di teluk Lombok yang sangat indah dan mempunyai
sumber air tawar yang banyak. Keadaan ini menjadikannya banyak dikunjungi oleh
pedagang-pedagang dari Palembang, Banten, Gresik, dan Sulawesi.
MASUKNYA ISLAM DI
LOMBOK
Belakangan, ketika Kerajaan ini dipimpin oleh Prabu
Rangkesari, Pangeran Prapen, putera Sunan Ratu Giri datang mengislamkan kerajaan
Lombok. Dalam Babad Lombok disebutkan, pengislaman ini merupakan upaya dari
Raden Paku atau Sunan Ratu Giri dari Gersik, Surabaya yang memerintahkan
raja-raja Jawa Timur dan Palembang untuk menyebarkan Islam ke berbagai wilayah
di Nusantara.
"Susuhnii Ratu Giri memerintahkan keyakinan baru
disebarkan ke seluruh pelosok. Dilembu Manku Rat dikirim bersama bala tentara
ke Banjarmasin, Datu bandan di kirim ke Makasar, Tidore, Seram dan Galeier, dan
Putra Susuhunan, Pangeran Prapen ke Bali, Lombok, dan Sumbawa. Prapen pertama
kali berlayar ke Lombok, dimana dengan kekuatan senjata ia memaksa orang untuk
memeluk agama Islam. Setelah menyelesaikan tugasnya, Prapen berlayar ke Sumbawa
dan Bima. Namun selama ketiadaannya, karena kaum perempuan tetap menganut keyakinan
Pagan, masyarakat Lombok kembali kepada faham pagan. Setelah kemenangannya di
Sumbawa dan Bima, Prapen kembali, dan dengan dibantu oleh Raden Sumuliya dan
Raden Salut, ia mengatur gerakan dakwah baru yang kali ini mencapai kesuksesan.
Sebagian masyarakat berlari ke gunung-gunung, sebagian lainnya ditaklukkan lalu
masuk Islam dan sebagian lainnya hanya ditaklukkan. Prapen meninggalkan Raden
Sumuliya dan Raden Salut untuk memelihara agama Islam, dan ia sendiri bergerak
ke Bali, dimana ia memulai negosiasi (tanpa hasil) dengan Dewa Agung
Klungkung."
Proses pengislaman oleh Sunan Prapen menuai hasil yang
menggembirkan, hingga beberapa tahun kemudia seluruh pulau Lombok memeluk agama
Islam, kecuali beberapa tempat yang masih memepertahankan adat istiadat lama.
Sementara di Kerajaan Lombok, sebuah kebijakan besar
dilakukan Prabu Rangkesari dengan memindahkan pusat kerajaan ke Desa Selaparang
atas usul Patih Banda Yuda dan Patih Singa Yuda. Pemindahan ini dilakukan
dengan alasan letak Desa Selaparang lebih strategis dan tidak mudah diserang
musuh dibandingkan posisi sebelumnya.
Menurut Fathurrahman Zakaria, dari wilayah pusat kerajaan
yang baru ini, panorama Selat Alas yang indah membiru dapat dinikmati dengan
latar belakang daratan Pulau Sumbawa dari ujung utara ke selatan dengan sekali
sapuan pandangan. Dengan demikian semua gerakan yang mencurigakan di tengah
lautan akan segera dapat diketahui. Wilayah ini juga memiliki daerah belakang
berupa bukit-bukit persawahan yang dibangun dan ditata rapi bertingkat-tingkat
sampai hutan Lemor yang memiliki sumber air yang melimpah.
Di bawah pimpinan Prabu Rangkesari, Kerajaan Selaparang
berkembang menjadi kerajaan yang maju di berbagai bidang.
Salah satunya adalah perkembangan kebudayaan yang kemudian banyak melahirkan manusia-manusia sebagai khazanah warisan tradisional masyarakat Lombok hari ini. ahli sejarah berkebangsaan Belanda L. C. Van den Berg menyatakan bahwa, berkembangnya Bahasa Kawi sangat mempengaruhi terbentuknya alam pikiran agraris dan besarnya peranan kaum intelektual dalam rekayasa sosial politik di Nusantara, Fathurrahman Zakaria (1998) menyebutkan bahwa para intelektual masyarakat Selaparang dan Pejanggik sangat mengetahui Bahasa Kawi. Bahkan kemudian dapat menciptakan sendiri aksara Sasak yang disebut sebagai jejawen. Dengan modal Bahasa Kawi yang dikuasainya, aksara Sasak dan Bahasa Sasak, maka para pujangganya banyak mengarang, menggubah,
mengadaptasi, atau menyalin manusia Jawa kuno ke dalam lontar-lontar Sasak. Lontar-lontar dimaksud, antara lain Kotamgama, lapel Adam, Menak Berji, Rengganis, dan lain-lain. Bahkan para pujangga juga banyak menyalin dan mengadaptasi ajaran-ajaran sufi para walisongo, seperti lontar-lontar yang berjudul Jatiswara, Lontar Nursada dan Lontar Nurcahya. Bahkan hikayat-hikayat Melayu pun banyak yang disalin dan diadaptasi, seperti Lontar Yusuf, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Sidik Anak Yatim, dan sebagainya.
Salah satunya adalah perkembangan kebudayaan yang kemudian banyak melahirkan manusia-manusia sebagai khazanah warisan tradisional masyarakat Lombok hari ini. ahli sejarah berkebangsaan Belanda L. C. Van den Berg menyatakan bahwa, berkembangnya Bahasa Kawi sangat mempengaruhi terbentuknya alam pikiran agraris dan besarnya peranan kaum intelektual dalam rekayasa sosial politik di Nusantara, Fathurrahman Zakaria (1998) menyebutkan bahwa para intelektual masyarakat Selaparang dan Pejanggik sangat mengetahui Bahasa Kawi. Bahkan kemudian dapat menciptakan sendiri aksara Sasak yang disebut sebagai jejawen. Dengan modal Bahasa Kawi yang dikuasainya, aksara Sasak dan Bahasa Sasak, maka para pujangganya banyak mengarang, menggubah,
mengadaptasi, atau menyalin manusia Jawa kuno ke dalam lontar-lontar Sasak. Lontar-lontar dimaksud, antara lain Kotamgama, lapel Adam, Menak Berji, Rengganis, dan lain-lain. Bahkan para pujangga juga banyak menyalin dan mengadaptasi ajaran-ajaran sufi para walisongo, seperti lontar-lontar yang berjudul Jatiswara, Lontar Nursada dan Lontar Nurcahya. Bahkan hikayat-hikayat Melayu pun banyak yang disalin dan diadaptasi, seperti Lontar Yusuf, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Sidik Anak Yatim, dan sebagainya.
Dengan mengkaji lontar-lontar tersebut, menurut Fathurrahman
Zakaria (1998) kita akan mengetahui prinsip-prinsip dasar yang menjadi pedoman
dalam rekayasa sosial politik dan sosial budaya kerajaan dan masyarakatnya.
Dalam bidang sosial politik misalnya, Lontar Kotamgama lembar 6 lembar
menggariskan sifat dan sikap seorang raja atau pemimpin, yakni Danta, Danti,
Kusuma, dan Warsa. Danta artinya gading gajah; apabila dikeluarkan tidak
mungkin dimasukkan lagi. Danti artinya ludah; apabila sudah dilontarkan ke
tanah tidak mungkin dijilat lagi. Kusuma artinya kembang; tidak mungkin kembang
itu mekar dua kali. Warsa artinya hujan; apabila telah jatuh ke bumi tidak
mungkin naik kembali menjadi awan. Itulah sebabnya seorang raja atau pemimpin
hendaknya tidak salah dalam perkataan.
Selain itu, dalam lontar-lontar yang ada diketahui bahwa
istilah-istilah dan ungkapan yang syarat dengan ide dan makna telah
dipergunakan dalam bidang politik dan hukum, misalnya kata hanut (menggunakan
hak dan kewajiban), tapak (stabil), tindih (bertata krama), rit (tertib), jati
(utama),tuhu (sungguh-sungguh), bakti (bakti, setia), atau terpi (teratur).
Dalam bidang ekonomi, seperti itiq (hemat), loma (dermawan), kencak (terampil),
atau genem (rajin).
Kemajuan Kerajaan Selaparang ini membuat kerajaan Gelgel di
Bali merasa tidak senang. Gelgel yang merasa sebagai pewaris Majapahit,
melakukan serangan ke Kerajaan Selaparang pada tahun 1520, akan tetapi monemui
kegagalan.
Mengambil pelajaran dari serangan yang gagal pada 1520,
Gelgel dengan cerdik memaanfaatkan situasai untuk melakukan infiltrasi dengan
mengirimkan rakyatnya membuka pemukiman dan persawahan di bagian selatan sisi
barat Lombok yang subur. Bahkan disebutkan, Gelgel menempuh strategi baru
dengan mengirim Dangkiang Nirartha untuk memasukkan faham baru berupa
singkretisme Hindu-Islam. Walau tidak lama di Lombok, tetapi ajaran-ajarannya
telah dapat mempengaruhi beberapa pemimpin agama Islam yang belum lama memeluk
agama Islam. Namun niat Kerajaan Gelgel untuk menaklukkan Kerajaan Selaparang
terhenti karena secara internal kerajaan Hindu ini juga mengalami stagnasi dan
kelemahan di sana-sini.
Kedatangan VOC Belanda ke Indonesia yang menguasai jalur
perdagangan di utara telah menimbulkan kegusaran Gowa, sehingga Gowa menutup
jalur perdagangan ke selatan dengan cara menguasai Pulau Sumbawa dan
Selaparang. Dan untuk membendung misi kristenisasi menuju ke barat, maka Gowa
juga menduduki Flores Barat dengan membangun Kerajaan Manggarai.
Ekspansi Gowa ini menyebabkan Gelgel yang mulai bangkit
tidak senang. Gowa dihadapkan pada posisi dilematis, mereka khawatir Belanda
memanfaatkan Gelgel. Maka tercapai kesepakatan dengan Gelgel melalui perjanjian
Saganing pada tahun 1624, yang isinya antara lain Gelgel tidak akan bekerja
sama dengan Belanda dan Gowa akan melepaskan perlindungannya atas Selaparang,
yang dianggap halaman belakang Gelgel.
Akan tetapi terjadi perubahan sikap sepeninggal Dalem
Sagining yang digantikan oleh Dalem Pemayun Anom. Terjadi polarisasi yang
semakin jelas, yakni Gowa menjalin kerjasama dengan Mataram di Jawa dalam
rangka menghadapi Belanda. Sebaliknya Belanda berhasil mendekati Gelgel, sehingga
pada tahun 1640, Gowa masuk kembali ke Lombok. Bahkan pada tahun 1648, salah
seorang Pangeran Selaparang dari Trah Pejanggik bernama Mas Pemayan dengan
gelar Pemban Mas Aji Komala, diangkat sebagai raja muda, semacam gubernur
mewakili Gowa, berkedudukan di bagian bara pulau Sumbawa.
Akhirnya perang antara Gowa dengan Belanda tidak terelakkan.
Gowa melakukan perlawanan keras terutama dibawah pimpinan Sultan Hasanuddin
yang dijuluki Ayam Jantan dari Timur. Sejarah mencatat Gow harus menerima
perjanjian Bungaya pada tahun 1667. Bungaya adalah sebuah wilayah yang terletak
disekitar pusat kerajaan Gelgel di Klungkung yang menandai eratnya hubungan
Gelgel-Belanda. Konon Gelgel berusaha memanfaatkan situasi dengan mengirimkan
ekspedisi langsung ke pusat pemerintahan Selaparang pada tahun 1668-1669,
tetapi ekspedisi tersebut gagal.
Sekalipun Selaparang unggul melawan kekuatan tetangganya,
yaitu Kerajaan Gelgel, namun pada saat yang bersamaan, suatu kekuatan baru dari
arah barat telah muncul pula. Embrio kekuatan ini telah ada sejak permulaan
abad ke-15 dengan datangnya para imigran petani liar dari Karang Asem (Bali)
secara bergelombang, dan mendirikan koloni di kawasan Kotamadya Mataram
sekarang ini. Kekuatan itu telah menjelma sebagai sebuah kerajaan kecil, yaitu
Kerajaan Pagutan dan Pagesangan, yang berdiri pada tahun 1622.
Namun bahaya yang dinilai menjadi ancaman utama dan akan
tetap muncul secara tiba-tiba yaitu kekuatan asing, Belanda, yang sewaktu-waktu
akan melakukan ekspansi. Kekuatan dari tetangga dekat diabaikan, karena Gelgel
yang demikian kuat mampu dipatahkan. Sebab itu sebelum kerajaan yang berdiri di
wilayah kekuasaannya di bagian barat ini berdiri, hanya diantisipasi dengan
menempatkan pasukan kecil di bawah pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa.
Di balik itu, memang ada faktor-faktor lain terutama masalah
perbatasan antara Selaparang dan Pejanggik yang tidak kunjung selesai. Hal ini
menyebabkan adanya saling mengharapkan peran yang lebih di antara kedua
kerajaan serumpun ini. Atau saling lempar tanggung jawab. Dalam kecamuk
peperangandan upaya mengahadapi masalah kekuatan yang baru tumbuh dari arah
barat itu, maka secara tiba-tiba saja, tokoh penting di lingkungan pusat
kerajaan, yaitu patih kerajaan sendiri yang bernama, Raden Arya Banjar Getas, ditengarai
berselisih pendapat dengan rajanya. Raden Arya Banjar Getas akhirnya
meninggalkan Selaparang dan hijrah mengabdikan diri di Kerajaan Pejanggik.yang
dulu (Kerajaan Pejanggik-red) berada di Daerah Pejanggik yang berada di
Kecamatan Jonggat
Atas prakarsanya sendiri, Raden Arya Banjar Getas dapat
menyeret Pejanggik bergabung dengan sebuah Ekspedisi Tentara Kerajaan Karang
Asem yang sudah mendarat menyusul di Lombok Barat. Semula, informasi awal yang
diperoleh, maksud kedatangan ekspedisi itu akan menyerang Kerajaan Pejanggik.
Namun dalam kenyataan sejarah, ekspedisi itu telah
menghancurkan Kerajaan Selaparang. Dan Kerajaan Selaparang dapat ditaklukkan
hampir tanpa perlawanan, karena sudah dalam keadaan sangat lemah. Peristiwa ini
terjadi pada tahun 1672. Pusat kerajaan hancur; rata dengan tanah, dan raja
beserta seluruh keluarganya mati terbunuh.
Selaparang jatuh hanya tiga tahun setelah menghadapi
Belanda. Empat belas tahun kemudian, pada tahun 1686 Kerajaan Pejanggik dibumi
hanguskan oleh Kerajaan Mataram Karang Asem. Akibat kekalahan Pejanggik, maka
Kerajaan Mataram mulai berdaulat menjadi penguasa tunggal di Pulau Lombok
setelah sebelumnya juga meluluh lantakkan kerajaan-kerajaan kecil lainnya.
PULAU LOMBOK
(jumlah penduduk pada tahun 2001: 2.722.123 jiwa)
adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa
Tenggara yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelat barat dan
Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa. Pulau ini kurang lebih berbentuk
bulat dengan semacam "ekor" di sisi barat daya yang panjangnya kurang
lebih 70 km. Luas pulau ini mencapai 5.435 km², menempatkannya pada peringkat
108 dari daftar pulau berdasarkan luasnya di dunia. Kota utama di pulau ini
adalah Kota Mataram
Pembagian administratif
Lombok termasuk provinsi Nusa Tenggara Barat dan pulau ini
sendiri dibagi menjadi 4 kabupaten dan 1 kotamadya:
* Kotamadya Mataram
* Kabupaten Lombok Barat
* Kabupaten Lombok Tengah
* Kabupaten Lombok Timur
* Kabupaten Lombok Utara
Geografi
Selat Lombok menandai batas flora dan fauna Asia. Mulai dari
pulau Lombok ke arah timur, flora dan fauna lebih menunjukkan kemiripan dengan
flora dan fauna yang dijumpai di Australia daripada Asia. Ilmuwan yang pertama
kali menyatakan hal ini adalah Alfred Russel Wallace, seorang Inggris di abad ke-19.
Untuk menghormatinya maka batas ini disebut Garis Wallace.
Topografi pulau ini didominasi oleh gunung berapi Rinjani
yang ketinggiannya mencapai 3.726 meter di atas permukaan laut dan
menjadikannya yang ketiga tertinggi di Indonesia. Gunung ini terakhir meletus
pada bulan Juni-Juli 1994. Pada tahun 1997 kawasan gunung dan danau Segara Anak
ditengahnya dinyatakan dilindungi oleh pemerintah. Daerah selatan pulau ini
sebagian besar terdiri atas tanah subur yang dimanfaatkan untuk pertanian,
komoditas yang biasanya ditanam di daerah ini antara lain jagung, padi, kopi,
tembakau dan kapas.
DEMOGRAFI LOMBOK
Sekitar 80% penduduk pulau ini adalah suku Sasak, sebuah
suku bangsa yang masih dekat dengan suku bangsa Bali, tetapi sebagian besar
memeluk agama Islam. Sisa penduduk adalah orang Bali, Jawa, Tionghoa dan Arab
BAHASA DI LOMBOK
Disamping bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, penduduk
pulau Lombok (terutama suku Sasak), menggunakan bahasa Sasak sebagai bahasa
utama dalam percakapan sehari-hari. Di seluruh Lombok sendiri bahasa Sasak
dapat dijumpai dalam empat macam dialek yang berbeda yakni dialek Lombok utara
, tengah, timur laut dan tenggara. Selain itu dengan banyaknya penduduk suku
Bali yang berdiam di Lombok (sebagian besar berasal dari eks Kerajaan
Karangasem), di beberapa tempat terutama di Lombok Barat dan Kotamadya Mataram
dapat dijumpai perkampungan yang menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa
percakapan sehari-hari
AGAMA DI LOMBOK
Sebagian besar penduduk pulau Lombok terutama suku Sasak
menganut agama Islam. Agama kedua terbesar yang dianut di pulau ini adalah
agama Hindu, yang dipeluk oleh para penduduk keturunan Bali yang berjumlah
sekitar 15% dari seluruh populasi di sana. Penganut Kristen, Buddha dan agama
lainnya juga dapat dijumpai, dan terutama dipeluk oleh para pendatang dari
berbagai suku dan etnis yang bermukim di pulau ini.
Di Lombok Barat bagian utara, tepatnya di daerah Bayan,
terutama di kalangan mereka yang berusia lanjut, masih dapat dijumpai para
penganut aliran Islam Wetu Telu (waktu tiga). Tidak seperti umumnya penganut
ajaran Islam yang melakukan salat lima kali dalam sehari, para penganut ajaran
ini mempraktikan salat wajib hanya pada tiga waktu saja. Konon hal ini terjadi
karena penyebar Islam saat itu mengajarkan Islam secara bertahap dan karena
suatu hal tidak sempat menyempurnakan dakwahnya.
Lombok Travel || Transportation || Outbound and Team Building || Event Management
BalasHapusMelayani Informasi/Pemesanan : Penyewaan Mobil dan Bis Pariwisata, Paket Team Building/Outbound, Paket Tour Lombok, Event Management/Organizer ||
Phone/Chat Whatsapp: 081 339 647 893
- aislombok@gmail.com
https://azqlomboktravel.blogspot.com/
Email : aislombok@gmail.com
https://aisltours.blogspot.com/
BalasHapusAIS LOMBOK TOUR TRAVEL
Paket Tour Lombok - Transportasi - Sewa Mobil dan Charter Bis - Hotel - Outbound & Team Building - Gathering dan Event Organizer - Paket Meeting